Pada tau film Erau kota raja nggak? Yang main itu Nadine
Chandrawinata dan Denny Sumargo. Yang sudah nonton pasti tahu deh. Kalau yang
belum tahu erau itu apa, Erau adalah perayaan
adat kutai yang dulu dirayakan untuk merayakan ulang tahun raja kutai pertama.
Nah kali ini gue dan sopir berangkat ke tenggarong buat liat
festival erau. Iya sih acaranya memang seminggu, tapi gue cuma lihat tradisi
beluluh saja.
Beluluh itu berasal dari gabungan kata “buluh” yang berarti
batang bambu dan “luluh” yang berarti musnah. Nama ini mengacu pada balai bambu
bertingkat tiga yang digunakan sebagai singgasana bagi Sultan atau Putra
Mahkota dalam upacara ini. Nah, berhubung gue masih bisa curi waktu dari
segudang rapat perayaan maba, gue lari deh langsung ke tenggarong. Makanya gue
gak bisa banyak liat tradisi lainnya. Memang sih acaranya hanya seminggu. Dari
tanggal 20 sampai tanggal 29 Agustus sesuai jadwal yang gue liat di koran. Upacara beluluh ini diadakan di Musuem Mulawarman. Makanya selama festival erau sebulan sebelumnya, musuem ditutup untuk umum.
Nah beluluh itu ngapain aja? Ini gue kasih tau lengkapnya
dan dari cerita-cerita sopir.
- Saat ritual beluluh dimulai, Sultan atau Putra Mahkota didudukkan sejenak di atas tilam kasturi.
- Tak berapa lama, Sultan dan Putra Mahkota akan bangkit dan menaiki balai bambu dengan memijak pada pusaka batu tijakan.
- Sultan kemudian duduk di bagian tertinggi dari balai, di bawah ikatan daun beringin (rendu) dan dipayungi selembar kain kuning yang disebut kirab tuhing.
- Setelahnya, dilakukan prosesi tepong tawar. Pada prosesi ini, dewa (wanita pengabdi ritual) memercikkan air kembang ke sekeliling Sultan.
- Selanjutnya, Sultan
mengusap kepalanya dengan air tersebut dan dewa akan menaburkan beras kuning ke
arah Sultan.
Ini prosesi. Yang pakai baju coklat itu sultannya. - Setelah tepong tawar selesai, dilakukan prosesi menarik ketikai lepas. Ketikai lepas adalah sejenis anyaman dari daun kelapa yang akan terurai jika ditarik kedua ujungnya.
- Pada ritual ini, Sultan akan memegang salah satu ujung dari anyaman daun tersebut, sedangkan ujung lainnya akan ditarik oleh seorang tamu kehormatan – yang biasanya pejabat daerah atau orang yang ditunjuk khusus oleh kerabat Kesultanan. Prosesi ini menjadi penutup dari beluluh.
Nah, itu kalau cerita dari sopir yang orang kutai murni
hehehe. Kalau dari gue pas lihat acaranya agak mirip dengan adat jawa. Dari
backsoundnya yang mengingatkan gue kalau ada acara syukuran jawa. Lalu
bahasanya juga mirip bahasa melayu. Oh ya, habis prosesi dikasih pisang sama
beras pelangi loh. Kalau kita ambil, konon apa yang kita harapkan akan
tercapai. Pantes warga yang nonton berebut buat ngambil. Festival ini, juga dihiasi bule-bule
loh (mana tau ada yang mau gebet).
rebutan ngambil beras pelangi. |
Penampakan beras pelangi. Jangan dibuat masak yaa. |
Setelah acara selesai, gue ke atas buat liat singgah sanah sultan tadi.
Tempat duduk sultan. |
Gue lagi maen gamelan. |
Upacara Beluluh selesai. Setelah itu, gue mengunjungi makam
raja-raja kutai yang letaknya tidak jauh dari museum mulawarman.
Sisilah keluarga kerajaan kutai. |
Makam yang di rumahin itu adalah rajanya. kalau yang bukan itu keluarga dari raja. Sayang banget, ada beberapa makam yang dipusarannya ada sisa putung rokok.
Selesai deh perjalanan gue. Gue dan sopir mesti balik ke
Samarinda. Yang pengen liat erau, bisa kok. Sisa dua hari lagi loh. Bahkan,
kalau dihari terakhir festivalnya, ada siram-siraman gitu kata sopir.
Siram-siraman itu dimaksud untuk menyucikan diri. Maunya sih hari terakhir datang,
ehh masih ada tanggung jawab, cedih. Yaudahlah, maybe next time. Udeh yee,
gue mau balik ngerjain amanah gue. Sebagai reporter yang udah diteror berita
sama senior dan ngurusin acara maba-maba emesh.
Sumber informasi : dari sopir setelah ngutip website kutai kartanegara
upacara adatnya ternyata lama juga yah? aku pikir dari judulnya tadi cuman sehari doang.
BalasHapusbtw, itu beras pelanginya kayak meses ih, lucu.. coba bisa dimasak yah, unyu jadinya :D
Menarik kak. Tapi emang hampir mirip kayak adat Melayu, mungkin karena Kalimantan ada pengaruh Melayunya kali, ya.
BalasHapus