Tahun ini gue beruntung bisa merasakan acara kebudayaan Erau kembali. Tahun kemarin gue KKN jadi gak bisa. Dua tahun lalu, gue cuma hadir di beluluh. Kali ini gue datang di acara malamnya yang bernama bepelas. Awalnya sih mau datang pas naga turun dan belimbur, cuma gue ada job ke maxi peel o.
Menurut website EIFAF, bepelas merupakan ritual sultan kutai berjalan menuju tiang ayu. Malam itu, putra mahkota yang mendapat giliran malam bepelas. Ritual dimulai dengan mantra. Mantra ini bertujuan untuk menjaga dan menambah kewibawaan sultan. Dilanjutkan dengan tari-tarian. Ada empat tarian persembahan yang gue liat disini. Tari yang pertama dilakukan adalah tari selendang dengan mengelilingi Tiang Ayu sebanyak satu kali. Dilanjutkan tari kipas dan tari jung njuluk.
Selepas tari tersebut, dilakukan tari ganjur oleh empat orang pria dengan mengenakan ikat kepala khusus dan gada kain (ganjur). Tari ini dilakukan sebanyak satu putaran lalu dilakukan kembali satu putaran oleh empat orang yang berbeda (berganjur).
Selepas itu, pimpinan belian membaca antar-mantra yang diiringi gamelan-gamelan yang membawakan tembang ireng-ireng. Gong besar dibunyikan, putra mahkota meniti tapak kanan yang didahului dengan menginjak sebuah batu pijakan, tangan kanan putra mahkota memegang rentangan tali juwita, sementara tangan kiri memegang rentangan kain cinde. Lalu menuju ayu yang telah berdiri tepat didepan gong raden galuh. Putra mahkota berhenti sejenak untuk dipelas oleh belian. Bersamaan dengan bersentuhnya kaki kanan sultan pada gong raden galuh, terdengar suara ledakan meriam dari arah dermaga yang berada tepat didepan keraton. Jumlah ledkan disesuaikan bepelas ke berapa. Nah kalau pas gue datang, itu sudah bepelas ketujuh. Jadi, tujuh kali juga terdengar ledakannya. Oh ya, kalau malam jumat tidak ada upacara bepelas. Setelah itu, putra mahkota berbalik ke belakang dengan tangan kanan memegang kain cinde dan tangan kiri memegang tali juwita.
Di acara tersebut, juga ada tamu undangan yang duduk disebelah putra mahkota atau masuk kedalam keraton dengan menggunakan pakaian adat kutai. Banyak juga penonton yang antusias nonton di luar keraton dengan proyektor yang disediakan penyelenggara.
Naga juga sudah disiapkan di teras keraton dengan dupa di depannya. Emang bau dupa dan hawa mistis memang kerasa sih. Jadi hati-hati dan jaga sikap selama disana. Naga ini buat acara belimbur, penutup dari acara erau.
Sumber : EIFAF dan Indonesiakaya.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen yang baik dan sesuai dengan pos ini ya. Karena komen kalian bisa menjadi masukan dari gue. No SARA, Porn, and Spam Please!!. Thank You :D